The Red of His Shadows
Mayra Montero
Terjemahan Inggris oleh Edith Grossman dari Del rojo de su sombra (1993)
Ecco, 2001
Novel ini tidak begitu mudah dibaca karena kentalnya unsur lokal dan istilah-istilah setempat yang membuat saya harus bolak balik membuka glosarium di halaman akhir. Tapi ini kesulitan yang layak ditanggung karena seperti novel-novel Amerika Latin lainnya yang membuat saya terkesima, realitas masyarakat (dan kritik terhadapnya) bisa ditampilkan tanpa menggurui dan tanpa khotbah. Meski memang upaya Mayra Montero menampilkan suasana magis dalam novel ini membuat metafor-metafornya jadi seringkali rumit.
Novel ini bercerita tentang gaga, kelompok sosio-religius yang dibentuk untuk tujuan ritual pemujaan, dipraktikkan di daerah perkebunan tebu di Dominika oleh buruh-buruh asli Dominika maupun buruh-buruh pendatang dari Haiti (sedikit info: Haiti jajahan Perancis sehingga nama orang-orangnya berbau Perancis: Luc Reve, Honore Babiole dsb, sementara Dominika jajahan Spanyol sehingga nama orang-orangnya berbau Spanyol: Coridon, Galeona Troncoso dsb. Meski sama-sama berkulit gelap dalam pandangan kita, yang dijuluki "kulit hitam" di sini adalah orang Haiti, yang disebut juga "Kongo")
Ritual Gaga berlangsung pada Pekan Suci Katolik, bermula pada Kamis Putih dan berakhir pada Paskah. Gaga dibentuk dan dipimpin oleh seorang dukun Voodoo (Voudon). Dukun ini mengepalai rombongan yang terdiri dari para pengawal, para tetua, ratu-ratu perang, dan rombongan pemusik yang membawa tambur (tamboras), gendang, alat musik tiup, dan macam-macam perkusi. Mereka berkeliling dari dukuh ke dukuh di sekitar perkebunan tebu. Jarak yang ditempuh bisa sangat jauh, dan selama perjalanan itu gaga yang satu bisa berpapasan dengan gaga lainnya, bermusuhan maupun menjalin persekutuan, bergantung keinginan ruh-ruh dan dewa-dewa yang sedang "bekerja".
Seseorang bisa menjadi dukun Voudon bila sejak kecil telah diketahui "bakat-bakatnya", dilatih dan diinisiasi oleh dukun lain yang lebih senior, untuk kemudian dilepas membentuk gaga-nya sendiri.
Novel berpusat pada sebuah gaga yang dikepalai oleh dukun wanita (mambo) bernama Zule, yang sejak awal dikisahkan akan menempuh perjalanan ritual mereka tahun itu dengan berdarah-darah karena dihadang oleh gaga pimpinan dukun laki-laki (houngan) bernama Simila Bolosse. Bolosse sungguh berniat membunuh Zule sebagaimana tersiar dari kabar bahwa ia telah mandi darah seratus ekor kambing untuk persiapan gaga tahun itu.
Ritual Gaga berlangsung pada Pekan Suci Katolik, bermula pada Kamis Putih dan berakhir pada Paskah. Gaga dibentuk dan dipimpin oleh seorang dukun Voodoo (Voudon). Dukun ini mengepalai rombongan yang terdiri dari para pengawal, para tetua, ratu-ratu perang, dan rombongan pemusik yang membawa tambur (tamboras), gendang, alat musik tiup, dan macam-macam perkusi. Mereka berkeliling dari dukuh ke dukuh di sekitar perkebunan tebu. Jarak yang ditempuh bisa sangat jauh, dan selama perjalanan itu gaga yang satu bisa berpapasan dengan gaga lainnya, bermusuhan maupun menjalin persekutuan, bergantung keinginan ruh-ruh dan dewa-dewa yang sedang "bekerja".
Seseorang bisa menjadi dukun Voudon bila sejak kecil telah diketahui "bakat-bakatnya", dilatih dan diinisiasi oleh dukun lain yang lebih senior, untuk kemudian dilepas membentuk gaga-nya sendiri.
Novel berpusat pada sebuah gaga yang dikepalai oleh dukun wanita (mambo) bernama Zule, yang sejak awal dikisahkan akan menempuh perjalanan ritual mereka tahun itu dengan berdarah-darah karena dihadang oleh gaga pimpinan dukun laki-laki (houngan) bernama Simila Bolosse. Bolosse sungguh berniat membunuh Zule sebagaimana tersiar dari kabar bahwa ia telah mandi darah seratus ekor kambing untuk persiapan gaga tahun itu.
Masing-masing bab dalam novel ini berselang-seling antara kisah masa sekarang (persiapan perjalanan gaga Zule menghadapi gaga Bolosse) dengan kisah masa lalu (bagaimana Zule bisa menjadi dukun yang disegani dan apa hubungan khusus dia dengan Bolosse sampai Bolosse begitu membencinya dan menginginkannya mati). Bolosse sendiri punya riwayat sebagai preman lokal di Haiti, dia disokong oleh tonton macoutes (polisi pribadi) diktator Haiti, Papa Doc Duvalier. Kejatuhan Papa Doc membuat anak buahnya berserakan di daerah-daerah perbatasan dan berebut bisnis gelap barang selundupan. Bolosse menginginkan jalur yang dilewati oleh gaga milik Zule. Namun permasalahannya bukan cuma itu, Zule sendiri ternyata memendam asmara mendalam yang terlarang terhadap Bolosse, akibat kepuasannya pernah bercinta dengan Bolosse yang konon punya penis sebesar pasak dengan tiga biji pelir!
Inilah jagat di mana kekuasaan, asmara, seks, keserakahan, korupsi, kemiskinan, warisan kolonialisme, halusinasi magis, tenung voodoo lokal, dan agama besar berkelindan jadi satu membentuk realitas baru yang nyaris tak ternamai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar