Selasa, 05 Maret 2013

Selamat Jalan, Comandante!


Cuentos del arañero, Hugo Chávez. Editor: Orlando Oramas León dan Jorge Legañoa Alonso. Caracas: Vadell Hermanos Editores, 2012.


Hugo Chávez meninggal pagi ini. Seharusnya berita ini tak terlalu mengejutkan, karena memang telah cukup lama pemimpin sosialisme abad ke-21 itu bergulat melawan kanker. Tapi tetap saja terasa menyesakkan. Bahkan mungkin bagi yang anti kepadanya. Seorang teman menulis dalam statusnya, “Tanpa Chávez dunia akan membosankan.”

Chávez penting karena di tengah seruan Thatcher “There is no alternatif!” atau renungan Fukuyama bahwa kapitalisme adalah semacam akhir sejarah, ia menunjukkan pada dunia bahwa alternatif itu masih ada. Proyek politik sosialisme belum berakhir.

Keyakinan tersebut tak terbentuk dalam semalam. Dalam buku semacam memoarnya, Cuentos del arañero (2012), Chávez mengisahkan masa-masa pendewasaan politiknya mulai sejak kanak-kanak hingga dinas militernya. Buku ini sendiri sebenarnya adalah kumpulan anekdot yang dikumpulkan oleh jurnalis Orlando Oramas León dan Jorge Legañoa Alonso, dinukil dari acara bincang-bincang televisi Chávez untuk memberikan pendidikan politik pada rakyat Venezuela. Karena itulah paragrafnya pendek-pendek, bahkan ada beberapa judul yang hanya berisi satu paragraf saja. Karena ditujukan pada rakyat kebanyakan, Chávez juga banyak menggunakan istilah-istilah “gaul” khas Venezuela yang tak bisa didapati di negara-negara penutur bahasa Spanyol lainnya. Dan kadang ini cukup memusingkan buat saya.

Chávez bercerita macam-macam, mulai soal membantu neneknya berjualan manisan, kegemaran dan kejagoannya main bisbol, kawan-kawan seideologinya (misalnya, kawan yang ia kagumi, “seorang buruk rupa yang bersumpah takkan mengajak seorang gadis berdansa sebelum khatam Marxisme”), maupun mantan kawan-kawan seideologi yang kini bersimpang jalan (“saya mengenang mereka dengan penuh sayang”). Tentu, ia bercerita banyak tentang Fidel Castro, dan satu paragraf tentang Gabriel García Márquez, yang terheran-heran melihat dalam pesawat kepresidenan Chávez tak ada minuman beralkohol setetes pun.
 
Pada hlm. 210 ia berkata tegas tentang elite-elite oligarki politik yang ditumbangkannya di Venezuela: “MEREKA TAK BOLEH KEMBALI!” — “Volverá Rintintín, volverá Supermán, volverá Tarzán y puede ser que vuelva Kalimán. Pero, esa gente, no volverá. ¡No!” (Rintintin boleh kembali, Superman boleh kembali, Tarzan boleh kembali, dan Kalimán pun boleh kembali. Tapi orang-orang itu, TIDAK!")

Selamat jalan, comandante, masih banyak oligarki politik di belahan dunia lainnya yang belum ditumbangkan. Proyekmu belum selesai.