Cuentos del arañero, Hugo Chávez. Editor:
Orlando Oramas León dan Jorge Legañoa Alonso. Caracas: Vadell Hermanos
Editores, 2012.
Hugo Chávez meninggal pagi ini. Seharusnya berita ini tak
terlalu mengejutkan, karena memang telah cukup lama pemimpin sosialisme abad
ke-21 itu bergulat melawan kanker. Tapi tetap saja terasa menyesakkan. Bahkan
mungkin bagi yang anti kepadanya. Seorang teman menulis dalam statusnya, “Tanpa
Chávez dunia akan membosankan.”
Chávez penting karena di tengah seruan Thatcher “There is no alternatif!” atau renungan
Fukuyama bahwa kapitalisme adalah semacam akhir sejarah, ia menunjukkan pada
dunia bahwa alternatif itu masih ada. Proyek politik sosialisme belum berakhir.
Keyakinan tersebut tak terbentuk dalam semalam. Dalam buku
semacam memoarnya, Cuentos del arañero (2012),
Chávez mengisahkan masa-masa pendewasaan politiknya mulai sejak kanak-kanak
hingga dinas militernya. Buku ini sendiri sebenarnya adalah kumpulan anekdot
yang dikumpulkan oleh jurnalis Orlando Oramas León dan Jorge Legañoa Alonso,
dinukil dari acara bincang-bincang televisi Chávez untuk memberikan pendidikan
politik pada rakyat Venezuela. Karena itulah paragrafnya pendek-pendek, bahkan
ada beberapa judul yang hanya berisi satu paragraf saja. Karena ditujukan pada
rakyat kebanyakan, Chávez juga banyak menggunakan istilah-istilah “gaul” khas
Venezuela yang tak bisa didapati di negara-negara penutur bahasa Spanyol
lainnya. Dan kadang ini cukup memusingkan buat saya.
Chávez bercerita macam-macam, mulai soal membantu neneknya
berjualan manisan, kegemaran dan kejagoannya main bisbol, kawan-kawan
seideologinya (misalnya, kawan yang ia kagumi, “seorang buruk rupa yang
bersumpah takkan mengajak seorang gadis berdansa sebelum khatam Marxisme”),
maupun mantan kawan-kawan seideologi yang kini bersimpang jalan (“saya
mengenang mereka dengan penuh sayang”). Tentu, ia bercerita banyak tentang
Fidel Castro, dan satu paragraf tentang Gabriel García Márquez, yang
terheran-heran melihat dalam pesawat kepresidenan Chávez tak ada minuman
beralkohol setetes pun.
Pada hlm. 210 ia berkata tegas tentang elite-elite oligarki
politik yang ditumbangkannya di Venezuela: “MEREKA TAK BOLEH KEMBALI!” — “Volverá Rintintín, volverá Supermán,
volverá Tarzán y puede ser que vuelva Kalimán. Pero, esa gente, no volverá.
¡No!” (Rintintin boleh kembali, Superman boleh kembali, Tarzan boleh
kembali, dan Kalimán pun boleh kembali. Tapi orang-orang itu, TIDAK!")
Selamat jalan, comandante, masih banyak oligarki politik di
belahan dunia lainnya yang belum ditumbangkan. Proyekmu belum selesai.
[ Baca
artikel lain tentang Chávez ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar