Sabtu, 07 Maret 2015

Pengantar yang Tak Seberapa Pendek untuk Kumpulan Cerita Sangat Pendek


Pengantar untuk kumpulan cerita sangat pendek Amerika Latin, Matinya Burung-burung, yang akan diterbitkan oleh Moka Media

Genre cerita sangat pendek, dengan pelbagai macam varian dan istilahnya, tampaknya makin populer belakangan ini. Mengutip beberapa contoh dari Indonesia saja kita bisa menyebut, misalnya, komunitas Fiksimini yang sebagian anggotanya telah menerbitkan kumpulan Cemburu itu Peluru (2011) dan Dunia di Dalam Mata (2013); para penulis blog 100kata yang juga telah menerbitkan kumpulan 100Kata: Kumpulan Cerita 100 Kata (2009); pasangan penulis Primadonna Angela dan Isman H. Suryaman yang telah menerbitkan Flash Fiction: Jangan Berkedip! (2006); juga komunitas Fiksimini Basa Sunda yang khusus menulis cerita sangat pendek dalam bahasa Sunda. Belum lagi para cerpenis yang lebih “konvensional“ yang juga memasukkan satu atau dua cerita sangat pendek dalam buku kumpulan cerpennya.

Popularitas ini oleh sebagian pengamat dipulangkan pada perubahan sosial dan teknologi yang memengaruhi cara kita membaca. Padatnya kehidupan sehari-hari membuat waktu membaca makin terjepit, yang pada gilirannya berdampak pada cara kita menulis.[1] Koran-koran harian, misalnya, susul-menyusul merampingkan formatnya dan karenanya mengharuskan para wartawan serta kolumnisnya untuk menulis jauh lebih ringkas. Orang juga kian bergantung pada gawai-gawai canggih dan teknologi internet dalam berbagi informasi dan ekspresi, yang imbasnya dalam kesusastraan adalah naiknya popularitas cerita-cerita sangat pendek.

Sinyalemen yang mengaitkan perkembangan teknologi informasi dengan genre cerita sangat pendek tersebut tentu ada benarnya. Komunitas Fiksimini misalnya, bermula di jagat twitter, dan dengan itu memakai batasan 140 karakter yang diberikan oleh media sosial tersebut sebagai ciri khas ekspresinya. Kita bisa mencari perbandingannya misalnya dalam genre keitai shosetsu (“sastra ponsel”) di Jepang, yakni cerita sangat pendek yang harus muat dalam pesan singkat (sms) di ponsel.[2] Ide penulisan cerita-cerita dalam jumlah kata tertentu secara ketat (misalnya 100 kata atau 69 kata) juga baru marak setelah dikenalnya program pengolah kata di komputer (seperti Microsoft Word) yang memiliki fitur word count.

Kendati demikian, mengaitkan genre ini semata-mata dengan teknologi jelas keliru, karena sepanjang sejarah, bentuk-bentuk cerita sangat pendek telah dikenal di pelbagai belahan dunia jauh sebelum era merebaknya teknologi informasi. Fabel-fabel Aesop dari zaman Yunani kuno misalnya, jelas bisa kita golongkan ke dalam genre ini. Jepang mengenal haibun sejak abad ke-17,[3] yakni prosa yang ditulis dalam format haiku, yang menurut sebagian pengamat bisa disebut sebagai nenek moyang dari keitai shosetsu tadi.[4]

Amerika Latin adalah wilayah tempat cerita sangat pendek bertumbuh paling subur dalam kesusastraan modernnya, kendati dunia mungkin lebih mengenal sastra Amerika Latin dalam bentuk novel-novel panjang. Cerita-cerita sangat pendek sudah bisa kita dapati sejak awal abad ke-20 meski saat itu belum dikenal sebagai genre atau subgenre tersendiri, misalnya pada Ensayos y poemas (1917) karya Julio Torri; El plano oblicuo (1920) karya Alfonso Reyes; dan La torre de Timón (1925) karya José Antonio Ramos Sucre (Torri dan Reyes berasal dari Meksiko, sedangkan Ramos Sucre dari Venezuela). Pada Juni 1939 Edmundo Valadés bersama Horacio Quiñones mendirikan majalah cerpen El Cuento yang konsisten mendorong pemuatan karya-karya microficción di samping cerpen konvensional.[5]

Memasuki pertengahan abad ke-20 kita dapati karya-karya yang sepenuhnya memuat cerita-cerita sangat pendek, misalnya Varia invención (1949), Confabulario (1952), dan Bestiario (1959) karya Juan José Arreola dari Meksiko; Obras completas y otros cuentos (1959) dan La oveja negra y demás fábulas (1969) karya Augusto Monterroso dari Guatemala;  Historias de Cronopios y de Famas (1962) karya Julio Cortázar dari Argentina. Karya-karya ini kini menjadi bacaan wajib bagi para pengkaji sastra Amerika Latin. Selain itu, para penulis tersohor Amerika Latin lainnya seperti Jorge Luis Borges, Gabriel García Márquez, Octavio Paz, Elena Poniatowska, dll pada satu atau lebih kesempatan juga pernah menjajal kemampuan mereka mengolah cerita sangat pendek.

Dengan demikian jelas bahwa secara historis, cerita sangat pendek mempunyai kedudukannya tersendiri dalam khazanah sastra Amerika Latin yang bukan melulu dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi. Cerita sangat pendek Amerika Latin terus ditulis dan dibukukan hingga kini, dan beberapa penulis kontemporer seperti Raúl Brasca dan Ana María Shua (keduanya dari Argentina) mengkhususkan diri mendalami genre ini. Cerita sangat pendek Amerika Latin juga terus dibahas, dibedah, dan dianalisa. Pelbagai kajian akademik telah dilahirkan[6] dan konferensi internasional mengenainya telah tujuh kali diselenggarakan.[7] Belum lagi antologi-antologi yang terus disusun baik berdasarkan negara, tahun pembuatan, maupun tema.

Ahli sastra yang berbeda memakai pendekatan yang berbeda pula untuk menilai dan memilah-milah jenis-jenis cerita sangat pendek Amerika Latin. Pengantar ini bukan tempatnya untuk menguraikan seluruh diskusi tentang genre ini. Saya hanya ingin menyitir sedikit tipologi sederhana yang dijabarkan oleh akademisi sastra dari Meksiko Lauro Zavala.

Dalam bukunya, Zavala mendefinisikan minificción sebagai “narasi yang muat dalam satu halaman.”[8] Tentu saja definisi ini adalah definisi awal, sangat umum, dan arbitrer yang ia akui sendiri memiliki banyak varian, nama, dan alasan untuk menjadi pendek. Definisi awal itu lalu ia pilah-pilah lagi ke dalam tipe-tipe yang kini secara ketat didasarkan pada jumlah kata. Bila konvensi umum menyepakati bahwa yang disebut cerita pendek (cuento) berkisar antara 2.000 hingga 10.000 kata, maka yang kurang dari itu ia pilah menjadi: el cuento corto (1.000 s/d 2.000 kata), el cuento muy corto (200 s/d 1.000 kata), el cuento ultracorto (kurang dari 200 kata). Perbedaan fisik banyaknya kata ini akan memberikan karakteristik tersendiri pada tiap-tiap jenis cerita mengingat ruang manuver yang semakin terbatas membutuhkan teknik dan strategi narasi yang berbeda pula untuk bisa efektif sebagai cerita.[9]

Memakai tipologi Zavala, maka yang dimaksud cerita sangat pendek dalam antologi ini adalah yang kurang dari 1.000 kata (el cuento muy corto dan el cuento ultracorto). Kebanyakan cerita jauh di bawah batas tersebut; satu-satunya yang paling mendekati (900 kata) hanyalah “Hantu-hantu Agustus” karya Gabriel García Márquez (hlm. 79).

Melalui antologi ini saya tak bermaksud mengklaim telah menghadirkan representasi utuh dari genre cerita sangat pendek Amerika Latin. Butuh penelitian jauh lebih lama dan wawasan jauh lebih luas untuk bisa menghadirkan antologi semacam itu. Kesulitan utama jelas adalah melacak buku-buku lama (terbit sebelum 1960an) yang sudah tidak dicetak lagi dan karenanya langka, serta memperoleh terbitan-terbitan sangat baru (katakanlah, sepuluh tahun ke belakang) yang belum dijual buku bekasnya dan oleh karenanya mahal. Maka sebab itulah, mayoritas cerita di buku ini berkisar pada kurun waktu 1960-2000an awal.

Tapi terlepas dari kekurangan tersebut, paling tidak antologi ini bisa memberi pembaca gambaran awal tentang keragaman bentuk dan tema (atau juga berulangnya motif-motif tertentu) dalam cerita sangat pendek Amerika Latin. Karya-karya yang dianggap “kanonik” dalam genre ini dan selalu menjadi bahan ulasan dalam kajian sastra Amerika Latin saya sertakan semua, semisal “Taman Sambung-Menyambung” karya Cortázar (hlm. 94) atau “Gerhana” (hlm. 21) dan “Dinosaurus” (hlm. 23) karya Monterroso.[10] Beberapa penulis yang serius menekuni genre ini sebisanya diberi porsi lebih dibanding penulis-penulis yang hanya menggarapnya sambil lalu. Hampir semua negara Amerika Latin juga terwakili, meski jelas dalam kadar yang berbeda-beda. Tentunya bisa dimaklumi kalau dalam urusan sastra tidak semua negara berdiri setara. Meksiko misalnya –negara yang melahirkan Octavio Paz dan Carlos Fuentes itu—jelas punya lebih banyak penulis ketimbang Honduras.

Demikian juga, yang dimuat dalam antologi ini adalah cerita-cerita sangat pendek yang memang ditulis dan dimaksudkan sebagai cerita sangat pendek, dan bukan kutipan atau potongan semena-mena dari cerita atau tulisan lain yang lebih panjang tapi diklaim sebagai cerita sangat pendek. Yang demikian ini banyak kita dapati di era internet ini, di mana kemudahan untuk berbagi informasi sering tidak diikuti oleh ketelitian dan ketekunan dalam verifikasinya. Semisal cerita berikut ini yang konon berjudul “El adivino” (“Peramal”). Cerita ini bisa dengan mudah ditemui di internet dan disebut-sebut sebagai fiksi mini karya Jorge Luis Borges:

Di Sumatera, seseorang sedang mempertahankan disertasi doktoralnya di bidang ramal-meramal. Si dukun penguji bertanya padanya apakah ia akan gagal atau lulus. Si kandidat doktor menjawab ia akan gagal…

Sekalipun benar Borges yang menulisnya, tapi ini sebenarnya adalah kutipan kecil saja dari ulasan Borges atas buku Edward Kasner dan James Newman, Mathematics and the Imagination, yang dimuat dalam buku Borges Discusión (1932), dan tidak dimaksudkan sebagai cerita yang berdiri sendiri. Maka yang sejenis ini tidak mendapat tempat di buku ini. Perkecualian dibuat di sini untuk “Salju” karya Julia Álvarez (hlm. 84). Cerita ini memang merupakan salah satu bab dalam novelnya yang lebih panjang, tapi sebelum itu, ia terbit terlebih dahulu secara mandiri sebagai cerita sangat pendek dan dimuat ulang dalam beberapa antologi cerpen sebelum akhirnya dicakupkan ke dalam novel.

Untuk melengkapi pembacaan, biodata ringkas para pengarang dan sumber karya dituliskan di penutup buku ini. Akhir kata, selamat berpendek-pendek!

Serpong, November 2014





[1] Lihat, misalnya, pandangan Damhuri Muhammad dalam “Cerita Mini­kata, Kata Tipis Makna?”, paparannya pada diskusi buku 100Kata: Kumpulan Cerita 100 Kata, Aksara Bookstore, Jakarta, 29 November 2009: “...peminat, atau mungkin layak disebut “pecandu” sastra –utamanya puisi dan prosa—yang sebagian besar adalah mereka yang setiap hari disesaki oleh kesibukan-kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, malah lebih gandrung dengan keringkasan, kelugasan, dan ketegasan dalam merangkai kisah.” Pendapat senada diungkapkan oleh novelis Irlandia Julian Gough: “Generasiku, dan yang lebih muda, mencerap informasi bukan dalam satuan-satuan panjang, utuh, koheren (film, album, novel), tapi dalam letupan-letupan singkat, dengan nada yang amat berbeda-beda. (Pindah-pindah saluran teve, menelusuri internet sambil memain-mainkan iPod.) Itu mengubah cara kita membaca fiksi, dan karenanya pasti mengubah cara kita menuliskannya.” Lihat dalam Aleksandar Hemon (ed.), Best European Fiction 2010 (Illinois: Dalkey Archive Press, 2009), hlm. 374–375.
[2] Sebenarnya keitai shosetsu memuat juga novel panjang dalam format cerita bersambung melalui pesan singkat. Pada 2007, separuh dari 10 buku fiksi paling laris di Jepang berasal dari sastra ponsel ini. Lihat Barry Yourgrau, “Thumb novels: Mobile phone fiction,” The Independent, 29 Juli 2009.
[3] Haruo Shirane, Early Modern Japanese Literature: An Anthology, 1600–1900 (New York: Columbia University Press, 2008), hlm. 99.
[4] Holly Howitt-Dring, “Making micro meanings: reading and writing micro­fiction,” Short Fiction in Theory and Practice 1:1 (2011), hlm. 48.
[5] Pada 2014, untuk memperingati 75 tahun El Cuento diluncurkan buku kumpulan cerita sangat pendek Minificcionistas de El Cuento. Revista de imaginación, yang disusun oleh Alfonso Pedraza, berisi karya 103 penulis dari 12 negara. Sejak 1980, El Cuento juga merintis pemberian anugerah sastra bagi genre ini.
[6] Lihat, antara lain:
- Dolores M. Koch, “El micro-relato en México: Torri, Arreola y Monterroso,” disertasi doktoral, City University of New York, 1987.
- Concepción del Valle Pedrosa, “Como mínimo. Un acercamiento a la microficción hispanoamericana,” disertasi doktoral, Universidad Complutense de Madrid, 1987.
- Andrea Bell, “The cuento breve in modern Latin American Literature,” disertasi doktoral, Stanford University, 1991.
- Karla Seidy Rojas González, “Estrategias de lectura en el minicuento hispanoamericano,” tesis master, Universidad Autónoma Metropolitana, Meksiko, 2000.
- Lauro Zavala, Cartografías del Cuento y la Minificcion (Sevilla: Editorial Renacimiento, 2004).
- David Lagmanovich, El Microrrelato. Teoría e historia (Palencia: Menoscuarto, 2006).
- Colin Peters, “Minificción: A Narratological Investigation,“ tesis master, Universität Wien, 2008.
- Irene Andres-Suárez dan Antonio Rivas, La era de la brevedad. El microrrelato hispánico (Palencia: Menoscuarto Ediciones, 2008).
- Violeta Rojo, Breve manual (ampliado) para reconocer minicuentos (Caracas: Editorial Equinoccio, 2009).
- Mariví Alonso Ceballos, “El microrrelato argentino: intertextualidad y metaliteratura,” disertasi doktoral, Universidad Complutense de Madrid, 2014.
[7] I Congreso Internacional de Minificción digelar di Meksiko (1998); II di Salamanca, Spanyol (2002); III di Valparaíso, Cile, dan Oregon, AS (2004); IV di Neuchâtel, Swiss (2006); V di Neuquén, Argentina (2008); VI di Bogota, Kolombia (2010); VII di Berlin, Jerman (2012); VIII di Kentucky, AS (Oktober 2014).
[8] Lauro Zavala, Cartografías del Cuento y la Minificcion (Sevilla: Editorial Renacimiento, 2004), hlm. 69.
[9] Ibid., hlm. 87.
[10] Secara khusus, “Gerhana” karya Monterroso banyak disebut dalam kajian Amerika Latin (bukan hanya kajian sastranya) karena cerita itu merupakan kritik atas Eurosentrisme sebagaimana diwakili oleh komik Tintin dalam edisi Tawanan Dewa Matahari.