Pengantar
untuk kumpulan cerita sangat pendek Amerika Latin, Matinya Burung-burung, yang akan diterbitkan oleh Moka Media
Genre cerita sangat pendek, dengan pelbagai macam varian dan
istilahnya, tampaknya makin populer belakangan ini. Mengutip beberapa contoh
dari Indonesia saja kita bisa menyebut, misalnya, komunitas Fiksimini yang
sebagian anggotanya telah menerbitkan kumpulan Cemburu itu Peluru (2011) dan Dunia
di Dalam Mata (2013); para penulis blog 100kata yang juga telah menerbitkan
kumpulan 100Kata: Kumpulan Cerita 100
Kata (2009); pasangan penulis Primadonna Angela dan Isman H. Suryaman yang
telah menerbitkan Flash Fiction: Jangan
Berkedip! (2006); juga komunitas Fiksimini Basa Sunda yang khusus menulis
cerita sangat pendek dalam bahasa Sunda. Belum lagi para cerpenis yang lebih
“konvensional“ yang juga memasukkan satu atau dua cerita sangat pendek dalam
buku kumpulan cerpennya.
Popularitas ini oleh sebagian pengamat dipulangkan pada perubahan
sosial dan teknologi yang memengaruhi cara kita membaca. Padatnya kehidupan
sehari-hari membuat waktu membaca makin terjepit, yang pada gilirannya
berdampak pada cara kita menulis.[1]
Koran-koran harian, misalnya, susul-menyusul merampingkan formatnya dan
karenanya mengharuskan para wartawan serta kolumnisnya untuk menulis jauh lebih
ringkas. Orang juga kian bergantung pada gawai-gawai canggih dan teknologi
internet dalam berbagi informasi dan ekspresi, yang imbasnya dalam kesusastraan
adalah naiknya popularitas cerita-cerita sangat pendek.
Sinyalemen yang mengaitkan perkembangan teknologi informasi dengan
genre cerita sangat pendek tersebut tentu ada benarnya. Komunitas Fiksimini
misalnya, bermula di jagat twitter, dan dengan itu memakai batasan 140 karakter
yang diberikan oleh media sosial tersebut sebagai ciri khas ekspresinya. Kita
bisa mencari perbandingannya misalnya dalam genre keitai shosetsu (“sastra ponsel”) di Jepang, yakni cerita sangat
pendek yang harus muat dalam pesan singkat (sms) di ponsel.[2]
Ide penulisan cerita-cerita dalam jumlah kata tertentu secara ketat (misalnya
100 kata atau 69 kata) juga baru marak setelah dikenalnya program pengolah kata
di komputer (seperti Microsoft Word) yang memiliki fitur word count.
Kendati demikian, mengaitkan genre ini semata-mata dengan teknologi
jelas keliru, karena sepanjang sejarah, bentuk-bentuk cerita sangat pendek
telah dikenal di pelbagai belahan dunia jauh sebelum era merebaknya teknologi
informasi. Fabel-fabel Aesop dari zaman Yunani kuno misalnya, jelas bisa kita
golongkan ke dalam genre ini. Jepang mengenal haibun sejak abad ke-17,[3]
yakni prosa yang ditulis dalam format haiku, yang menurut sebagian pengamat
bisa disebut sebagai nenek moyang dari keitai
shosetsu tadi.[4]
Amerika Latin adalah wilayah tempat cerita sangat pendek bertumbuh
paling subur dalam kesusastraan modernnya, kendati dunia mungkin lebih mengenal
sastra Amerika Latin dalam bentuk novel-novel panjang. Cerita-cerita sangat
pendek sudah bisa kita dapati sejak awal abad ke-20 meski saat itu belum
dikenal sebagai genre atau subgenre tersendiri, misalnya pada Ensayos y poemas (1917) karya Julio
Torri; El plano oblicuo (1920) karya
Alfonso Reyes; dan La torre de Timón (1925)
karya José Antonio Ramos Sucre (Torri dan Reyes berasal dari Meksiko, sedangkan
Ramos Sucre dari Venezuela). Pada Juni 1939 Edmundo Valadés bersama Horacio
Quiñones mendirikan majalah cerpen El
Cuento yang konsisten mendorong pemuatan karya-karya microficción di samping cerpen konvensional.[5]
Memasuki pertengahan abad ke-20 kita dapati karya-karya yang
sepenuhnya memuat cerita-cerita sangat pendek, misalnya Varia invención (1949), Confabulario
(1952), dan Bestiario (1959)
karya Juan José Arreola dari Meksiko; Obras
completas y otros cuentos (1959) dan La
oveja negra y demás fábulas (1969) karya Augusto Monterroso dari
Guatemala; Historias de Cronopios y de Famas (1962) karya Julio Cortázar dari
Argentina. Karya-karya ini kini menjadi bacaan wajib bagi para pengkaji sastra
Amerika Latin. Selain itu, para penulis tersohor Amerika Latin lainnya seperti
Jorge Luis Borges, Gabriel García Márquez, Octavio Paz, Elena Poniatowska, dll
pada satu atau lebih kesempatan juga pernah menjajal kemampuan mereka mengolah
cerita sangat pendek.
Dengan demikian jelas bahwa secara historis, cerita sangat pendek
mempunyai kedudukannya tersendiri dalam khazanah sastra Amerika Latin yang
bukan melulu dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi. Cerita sangat
pendek Amerika Latin terus ditulis dan dibukukan hingga kini, dan beberapa
penulis kontemporer seperti Raúl Brasca dan Ana María Shua (keduanya dari
Argentina) mengkhususkan diri mendalami genre ini. Cerita sangat pendek Amerika
Latin juga terus dibahas, dibedah, dan dianalisa. Pelbagai kajian akademik telah
dilahirkan[6]
dan konferensi internasional mengenainya telah tujuh kali diselenggarakan.[7]
Belum lagi antologi-antologi yang terus disusun baik berdasarkan negara, tahun
pembuatan, maupun tema.
Ahli sastra yang berbeda memakai pendekatan yang berbeda pula untuk
menilai dan memilah-milah jenis-jenis cerita sangat pendek Amerika Latin.
Pengantar ini bukan tempatnya untuk menguraikan seluruh diskusi tentang genre
ini. Saya hanya ingin menyitir sedikit tipologi sederhana yang dijabarkan oleh
akademisi sastra dari Meksiko Lauro Zavala.
Dalam bukunya, Zavala mendefinisikan minificción sebagai “narasi yang muat dalam satu halaman.”[8]
Tentu saja definisi ini adalah definisi awal, sangat umum, dan arbitrer yang ia
akui sendiri memiliki banyak varian, nama, dan alasan untuk menjadi pendek.
Definisi awal itu lalu ia pilah-pilah lagi ke dalam tipe-tipe yang kini secara
ketat didasarkan pada jumlah kata. Bila konvensi umum menyepakati bahwa yang
disebut cerita pendek (cuento) berkisar
antara 2.000 hingga 10.000 kata, maka yang kurang dari itu ia pilah menjadi: el cuento corto (1.000 s/d 2.000 kata), el cuento muy corto (200 s/d 1.000
kata), el cuento ultracorto (kurang
dari 200 kata). Perbedaan fisik banyaknya kata ini akan memberikan
karakteristik tersendiri pada tiap-tiap jenis cerita mengingat ruang manuver
yang semakin terbatas membutuhkan teknik dan strategi narasi yang berbeda pula
untuk bisa efektif sebagai cerita.[9]
Memakai tipologi Zavala, maka yang dimaksud cerita sangat pendek dalam
antologi ini adalah yang kurang dari 1.000 kata (el cuento muy corto dan el
cuento ultracorto). Kebanyakan cerita jauh di bawah batas tersebut;
satu-satunya yang paling mendekati (900 kata) hanyalah “Hantu-hantu Agustus”
karya Gabriel García Márquez (hlm. 79).
Melalui antologi ini saya tak bermaksud mengklaim telah menghadirkan
representasi utuh dari genre cerita sangat pendek Amerika Latin. Butuh
penelitian jauh lebih lama dan wawasan jauh lebih luas untuk bisa menghadirkan
antologi semacam itu. Kesulitan utama jelas adalah melacak buku-buku lama
(terbit sebelum 1960an) yang sudah tidak dicetak lagi dan karenanya langka,
serta memperoleh terbitan-terbitan sangat baru (katakanlah, sepuluh tahun ke
belakang) yang belum dijual buku bekasnya dan oleh karenanya mahal. Maka sebab
itulah, mayoritas cerita di buku ini berkisar pada kurun waktu 1960-2000an
awal.
Tapi terlepas dari kekurangan tersebut, paling tidak antologi ini bisa
memberi pembaca gambaran awal tentang keragaman bentuk dan tema (atau juga
berulangnya motif-motif tertentu) dalam cerita sangat pendek Amerika Latin.
Karya-karya yang dianggap “kanonik” dalam genre ini dan selalu menjadi bahan
ulasan dalam kajian sastra Amerika Latin saya sertakan semua, semisal “Taman
Sambung-Menyambung” karya Cortázar (hlm. 94) atau “Gerhana” (hlm. 21) dan
“Dinosaurus” (hlm. 23) karya Monterroso.[10]
Beberapa penulis yang serius menekuni genre ini sebisanya diberi porsi lebih
dibanding penulis-penulis yang hanya menggarapnya sambil lalu. Hampir semua
negara Amerika Latin juga terwakili, meski jelas dalam kadar yang berbeda-beda.
Tentunya bisa dimaklumi kalau dalam urusan sastra tidak semua negara berdiri
setara. Meksiko misalnya –negara yang melahirkan Octavio Paz dan Carlos Fuentes
itu—jelas punya lebih banyak penulis ketimbang Honduras.
Demikian juga, yang dimuat dalam antologi ini adalah cerita-cerita
sangat pendek yang memang ditulis dan dimaksudkan sebagai cerita sangat pendek,
dan bukan kutipan atau potongan semena-mena dari cerita atau tulisan lain yang
lebih panjang tapi diklaim sebagai cerita sangat pendek. Yang demikian ini
banyak kita dapati di era internet ini, di mana kemudahan untuk berbagi
informasi sering tidak diikuti oleh ketelitian dan ketekunan dalam
verifikasinya. Semisal cerita berikut ini yang konon berjudul “El adivino”
(“Peramal”). Cerita ini bisa dengan mudah ditemui di internet dan disebut-sebut
sebagai fiksi mini karya Jorge Luis Borges:
Di Sumatera, seseorang sedang mempertahankan
disertasi doktoralnya di bidang ramal-meramal. Si dukun penguji bertanya
padanya apakah ia akan gagal atau lulus. Si kandidat doktor menjawab ia akan
gagal…
Sekalipun benar Borges yang menulisnya, tapi ini sebenarnya adalah
kutipan kecil saja dari ulasan Borges atas buku Edward Kasner dan James Newman,
Mathematics and the Imagination, yang
dimuat dalam buku Borges Discusión (1932),
dan tidak dimaksudkan sebagai cerita yang berdiri sendiri. Maka yang sejenis
ini tidak mendapat tempat di buku ini. Perkecualian dibuat di sini untuk
“Salju” karya Julia Álvarez (hlm. 84). Cerita ini memang merupakan salah satu
bab dalam novelnya yang lebih panjang, tapi sebelum itu, ia terbit terlebih
dahulu secara mandiri sebagai cerita sangat pendek dan dimuat ulang dalam
beberapa antologi cerpen sebelum akhirnya dicakupkan ke dalam novel.
Untuk melengkapi pembacaan, biodata ringkas para pengarang dan sumber
karya dituliskan di penutup buku ini. Akhir kata, selamat berpendek-pendek!
Serpong, November 2014
[1] Lihat, misalnya, pandangan Damhuri
Muhammad dalam “Cerita Minikata, Kata Tipis Makna?”, paparannya pada diskusi
buku 100Kata: Kumpulan Cerita 100 Kata, Aksara Bookstore, Jakarta, 29 November
2009: “...peminat, atau mungkin layak disebut “pecandu” sastra –utamanya puisi
dan prosa—yang sebagian besar adalah mereka yang setiap hari disesaki oleh
kesibukan-kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, malah lebih gandrung dengan
keringkasan, kelugasan, dan ketegasan dalam merangkai kisah.” Pendapat senada
diungkapkan oleh novelis Irlandia Julian Gough: “Generasiku, dan yang lebih
muda, mencerap informasi bukan dalam satuan-satuan panjang, utuh, koheren
(film, album, novel), tapi dalam letupan-letupan singkat, dengan nada yang amat
berbeda-beda. (Pindah-pindah saluran teve, menelusuri internet sambil
memain-mainkan iPod.) Itu mengubah cara kita membaca fiksi, dan karenanya pasti
mengubah cara kita menuliskannya.” Lihat dalam Aleksandar Hemon (ed.), Best European Fiction 2010 (Illinois:
Dalkey Archive Press, 2009), hlm. 374–375.
[2] Sebenarnya keitai shosetsu memuat juga novel panjang dalam format cerita
bersambung melalui pesan singkat. Pada 2007, separuh dari 10 buku fiksi paling
laris di Jepang berasal dari sastra ponsel ini. Lihat Barry Yourgrau, “Thumb
novels: Mobile phone fiction,” The
Independent, 29 Juli 2009.
[3] Haruo Shirane, Early Modern Japanese Literature: An Anthology, 1600–1900 (New
York: Columbia University Press, 2008), hlm. 99.
[4] Holly Howitt-Dring, “Making micro
meanings: reading and writing microfiction,” Short Fiction in Theory and Practice 1:1 (2011), hlm. 48.
[5] Pada 2014, untuk memperingati 75
tahun El Cuento diluncurkan buku
kumpulan cerita sangat pendek Minificcionistas
de El Cuento. Revista de imaginación, yang disusun oleh Alfonso Pedraza,
berisi karya 103 penulis dari 12 negara. Sejak 1980, El Cuento juga merintis pemberian anugerah sastra bagi genre ini.
[6] Lihat, antara lain:
- Dolores
M. Koch, “El micro-relato en México: Torri, Arreola y Monterroso,” disertasi
doktoral, City University of New York, 1987.
- Concepción
del Valle Pedrosa, “Como mínimo. Un acercamiento a la microficción hispanoamericana,”
disertasi doktoral, Universidad Complutense de Madrid, 1987.
- Andrea
Bell, “The cuento breve in modern Latin American Literature,” disertasi
doktoral, Stanford University, 1991.
- Karla
Seidy Rojas González, “Estrategias de lectura en el minicuento hispanoamericano,”
tesis master, Universidad Autónoma Metropolitana, Meksiko, 2000.
- Lauro
Zavala, Cartografías del Cuento y la
Minificcion (Sevilla: Editorial Renacimiento, 2004).
- David
Lagmanovich, El Microrrelato. Teoría e
historia (Palencia: Menoscuarto, 2006).
- Colin
Peters, “Minificción: A Narratological Investigation,“ tesis master,
Universität Wien, 2008.
- Irene
Andres-Suárez dan Antonio Rivas, La era
de la brevedad. El microrrelato hispánico (Palencia: Menoscuarto
Ediciones, 2008).
- Violeta
Rojo, Breve manual (ampliado) para
reconocer minicuentos (Caracas: Editorial Equinoccio, 2009).
- Mariví
Alonso Ceballos, “El microrrelato argentino: intertextualidad y
metaliteratura,” disertasi doktoral, Universidad Complutense de Madrid, 2014.
[7] I Congreso Internacional de
Minificción digelar di Meksiko (1998); II di Salamanca, Spanyol (2002); III di
Valparaíso, Cile, dan Oregon, AS (2004); IV di Neuchâtel, Swiss (2006); V di
Neuquén, Argentina (2008); VI di Bogota, Kolombia (2010); VII di Berlin, Jerman
(2012); VIII di Kentucky, AS (Oktober 2014).
[8] Lauro Zavala, Cartografías del Cuento y la Minificcion (Sevilla: Editorial
Renacimiento, 2004), hlm. 69.
[9] Ibid., hlm. 87.
[10] Secara khusus, “Gerhana” karya
Monterroso banyak disebut dalam kajian Amerika Latin (bukan hanya kajian
sastranya) karena cerita itu merupakan kritik atas Eurosentrisme sebagaimana
diwakili oleh komik Tintin dalam edisi Tawanan
Dewa Matahari.
mantap...
BalasHapusSaya sudah baca cerita2 mini Latin ini, Mas Ronny. Menarik sekali, apalagi dilengkapi dengan catatan yg memperkaya referensi pembacaan. Oya, satu lagi yang saya nikmati dan baca ulang dari terjemahan anda adalah Pak Tua yang Membaca Kisah Cinta-Luis Sepulveda...Salam kenal: Raudal Tanjung Banua
BalasHapusTerima kasih. Sungguh suatu kehormatan Bung Raudal berkomentar di sini.
HapusSaya sudah baca cerita2 mini Latin ini, Mas Ronny. Menarik sekali, apalagi dilengkapi dengan catatan yg memperkaya referensi pembacaan. Oya, satu lagi yang saya nikmati dan baca ulang dari terjemahan anda adalah Pak Tua yang Membaca Kisah Cinta-Luis Sepulveda...Salam kenal: Raudal Tanjung Banua
BalasHapus